Desa Masawah merupakan salah satu Desa
yang berada di Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, yang
berjarak ± 210 KM dari kampus kami di Jatinangor
Kabupaten Sumedang. Di desa Masawah ini mempunyai suhu harian rata rata berkisar 27°
- 31° C, cukup tinggi bukan?? Maklumlah Desa yang ini berbatasan langsung
dengan Samudera Hindia. Bisa dibayangkan pasti ditemukan pemandangan yang luar biasa serta banyak potensi alam di desa ini.
Jika digambarkan awal memasuki desa ini, kita akan melihat banyaknya pohon kelapa dengan industri pembuatan sapu lidi, kopra, gula merah serta nata de coco nya, pepohonan abasiah yang tidak sedikit, kebun pohon pisang untuk industri rumah tangga (sale), terhampar luas sawah sejauh mata memandang, pemukiman warga yang asri dan bersih, serta desa dengan tepi lautan nan bersih, indah dengan deburan ombak yang keras.
Selain keindahan alamnya, masyarakat desa
Masawah sangatlah ramah, bersahabat dengan alam tentunya dan sangat menjaga kebersihan dan kelestarian alamnya. Terbukti dengan dilaksanakan Jumat bersih yang rutin dilakukan warga. Warga juga memelihara silaturahmi antar desa dan luar desa walau jaraknya sangat jauh. Hal itu menandakan ikatan
kekeluargaan yang sangat erat. Walau tidak sedikit juga dijumpai keberadaan warga pendatang dari luar Jawa Barat, seperti Jawa Tengah, Sumatera, dan lainnya. Uniknya mereka semua mampu berkomunikasi menggunakan bahasa sunda denga logat khas Masawah. Warga rukun harmonis, dan sering merasa orang asing yang mau
mengembangkan potensi desa dianggap melangkahi warga desa. Tapi, tenang saja, desa ini cukup aman untuk ditinggali.
Desa Masawah Kecamatan Cimerak
Seperti namanya, yaitu Masawah, filosofi nama tersebut adalah "eMas di desa ini yakni sawah". Hal ini menandakan bahwa mayoritas mata
pencaharian warga desa Masawah adalah petani. Hasil dari pertanian yaitu padi merupakan sumbangsih terbesar dalam penggerak pembangunan dan perekonomian desa. Namun sawah di desa ini adalah sawah tadah hujan. Jadi keberhasilannya sangat ditentukan oleh cuaca. Disamping itu terdapat juga nelayan dan keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di dusun Madasari, pemecah batu,
industri rumahan serta penebang kayu. Nelayan yang terdaftar
dalam anggota Rukun Nelayan (RN) ada 150 orang dan ada 20 kapal. Profesi sampingan warga jika ikan d boat surut (musim
hujan),atau cuaca buruk adalah bertani dan menjadi kuli angkut kayu dan ikan.
Ada juga pembuat gula tebu.
Mitos warga setempat yaitu dusun Madasari, jika hulu sungai tertutup apir (megu)
maka akan terjadi kemarau panjang. Terdapat beberapa perahu juga yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mengatur pengunjung
yang ingin berkeliling di laut, seperti di pangandaran, tetapi nelayannya
malas sehingga perahunya tidak termanfaatkan dengan maksimal. TPI (tempat Pelelangan Ikan) terorganisir, sehingga hanya yang
memiliki keanggotaan TPI yang bisa melakukan transaksi. Potensi alam terbesar lainnya adalah kayu Alba, tetapi ada pula tebu.
Namun memang karena keaslian desa yang masih kental, untuk hal pendidikan dapat dikatakan kurang. Infrastruktur sekolah yang tersedia hanya untuk Wajib Belajar 9 tahun saja (TK-SD-SMP sederajat). Selanjutnya jika ingin melanjutkan sekolah, harus keluar desa bahkan keluar kecamatan atau kabupaten. Antusiasme untuk belajar dari generasi muda di sini terbilang sudah cukup tinggi. Masyarakat, baru-baru ini menyadari bahwa pendidikan itu penting, banyak warga yang melanjutkan sekolahnya bahkan ada yang lanjut hingga ke perguruan tinggi. Tetapi setelah tamat sekolah pemudanya tidak kembali ke daerah untuk membangun desanya, mereka memilih tinggal di kota. Terbukti dengan tidak sedikit ditemui cerita dari warga, bahwa anak atau saudara mereka banyak yang merantau untuk melanjutkan studinya, serta ada beberapa PNS. Di salah satu dusunnya, yaitu dusun Babakan, kita juga akan menjumpai Pondok Pesantren Nurul Huda Asy-Syifa. Mencerminkan suasana islami juga di desa ini.
Desa ini terbagi lagi atas 6 dusun, yaitu dusun Masawah, Babakan, Memengger, Nyalindung, dan Madasari Setiap dusun pun mempunyai potensi alamnya yang berbeda-beda. Ada bidan desa juga lho, bisa ditemui di rumahnya langsung atau di Puskesmas Pembantu di dusun Babakan. Tapi kalau mau ke Rumah Sakit memang sangat jauh yaitu di Pangandaran. Akses jalan menuju desa ini terjangkau untuk kendaraan pribadi. Kebanyakan warga di sini mempunyai dan menggunakan sepeda motor untuk transportasi. Karena angkutan umum di sini masih terbatas.
Ekonomi warga desa bisa dikatakan baik, indikasinya jumlah tabungan siswa kelas 6 SD bisa mencapai 170 juta. WOW bukan? Setiap RT memiliki lembaga kesejahteraan keluarga (seperti koperasi simpan pinjam). Omset koperasi mencapai ratusan juta dari tabungan aanggota. Dengan demikian ekonomi warga desa Masawah tertata. Untuk lebih meningkatkan kualitas ekonomi, warga mengharapkan agar pantai madasari dijadikan objek wisata. Ini dibuktikan dengan kerjasama warga dalam merawat dan melestarikan keindahan pantai madasari.
Infrastruktur warga Masawah setelah tsunami semakin membaik. Bangunan rumah warga mayoritas bangunan permanen, SD bangunannya baik karena mendapat bantuan pembangunan dari PR (Pikiran Rakyat). Ada pula sumbangan pembangunan MCK dari Telkomsel. Tetapi di tempat potensi wisata potensi wisata pantai madasari fasilitasnya belum memadai, seperti MCK, tempat makan, penginapan dan keamanan jalan. Akses jalur utama menuju pantai masih buruk. Gerbang masuk madasari terdapat dua portal. Rencananya jika akan memasuki madasari diharuskan membayar. Tetapi keputusan ini menunggu perdes. Kurangnya penerangan juga menjadi kendala di sekitar jalur utama.
Kesehatan, KLB di dusun ini adalah Diare dan Muntaber. Tenaga medis hanya ada bidan, tetapi tidak bisa menangani persalinan karena asilitas yang kurang memadai, hanya bisa memberikna konseling. Rata-rata usia pernikahan 17 tahun. Sering mengadakan penyuluhan di Posyandu. Jadwal posyandu setiap hari dilakukan di semua dusun. Rata-rata jumlah anak 2, karena KB cukup berjalan dengan baik.
Ketika kalian sampai di pantai, bisa sepuasnya menikmati kuliner seafood, dan sangat disarankan untuk mencoba berbagai jenis ikan bakar di sini. Mak nyusss...! Wajib coba. Ayoo!! Main ke desa Masawah dan buktikan hal itu sendiri.
Namun memang karena keaslian desa yang masih kental, untuk hal pendidikan dapat dikatakan kurang. Infrastruktur sekolah yang tersedia hanya untuk Wajib Belajar 9 tahun saja (TK-SD-SMP sederajat). Selanjutnya jika ingin melanjutkan sekolah, harus keluar desa bahkan keluar kecamatan atau kabupaten. Antusiasme untuk belajar dari generasi muda di sini terbilang sudah cukup tinggi. Masyarakat, baru-baru ini menyadari bahwa pendidikan itu penting, banyak warga yang melanjutkan sekolahnya bahkan ada yang lanjut hingga ke perguruan tinggi. Tetapi setelah tamat sekolah pemudanya tidak kembali ke daerah untuk membangun desanya, mereka memilih tinggal di kota. Terbukti dengan tidak sedikit ditemui cerita dari warga, bahwa anak atau saudara mereka banyak yang merantau untuk melanjutkan studinya, serta ada beberapa PNS. Di salah satu dusunnya, yaitu dusun Babakan, kita juga akan menjumpai Pondok Pesantren Nurul Huda Asy-Syifa. Mencerminkan suasana islami juga di desa ini.
Desa ini terbagi lagi atas 6 dusun, yaitu dusun Masawah, Babakan, Memengger, Nyalindung, dan Madasari Setiap dusun pun mempunyai potensi alamnya yang berbeda-beda. Ada bidan desa juga lho, bisa ditemui di rumahnya langsung atau di Puskesmas Pembantu di dusun Babakan. Tapi kalau mau ke Rumah Sakit memang sangat jauh yaitu di Pangandaran. Akses jalan menuju desa ini terjangkau untuk kendaraan pribadi. Kebanyakan warga di sini mempunyai dan menggunakan sepeda motor untuk transportasi. Karena angkutan umum di sini masih terbatas.
Ekonomi warga desa bisa dikatakan baik, indikasinya jumlah tabungan siswa kelas 6 SD bisa mencapai 170 juta. WOW bukan? Setiap RT memiliki lembaga kesejahteraan keluarga (seperti koperasi simpan pinjam). Omset koperasi mencapai ratusan juta dari tabungan aanggota. Dengan demikian ekonomi warga desa Masawah tertata. Untuk lebih meningkatkan kualitas ekonomi, warga mengharapkan agar pantai madasari dijadikan objek wisata. Ini dibuktikan dengan kerjasama warga dalam merawat dan melestarikan keindahan pantai madasari.
Infrastruktur warga Masawah setelah tsunami semakin membaik. Bangunan rumah warga mayoritas bangunan permanen, SD bangunannya baik karena mendapat bantuan pembangunan dari PR (Pikiran Rakyat). Ada pula sumbangan pembangunan MCK dari Telkomsel. Tetapi di tempat potensi wisata potensi wisata pantai madasari fasilitasnya belum memadai, seperti MCK, tempat makan, penginapan dan keamanan jalan. Akses jalur utama menuju pantai masih buruk. Gerbang masuk madasari terdapat dua portal. Rencananya jika akan memasuki madasari diharuskan membayar. Tetapi keputusan ini menunggu perdes. Kurangnya penerangan juga menjadi kendala di sekitar jalur utama.
Kesehatan, KLB di dusun ini adalah Diare dan Muntaber. Tenaga medis hanya ada bidan, tetapi tidak bisa menangani persalinan karena asilitas yang kurang memadai, hanya bisa memberikna konseling. Rata-rata usia pernikahan 17 tahun. Sering mengadakan penyuluhan di Posyandu. Jadwal posyandu setiap hari dilakukan di semua dusun. Rata-rata jumlah anak 2, karena KB cukup berjalan dengan baik.
Ketika kalian sampai di pantai, bisa sepuasnya menikmati kuliner seafood, dan sangat disarankan untuk mencoba berbagai jenis ikan bakar di sini. Mak nyusss...! Wajib coba. Ayoo!! Main ke desa Masawah dan buktikan hal itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar